Bisnis keluarga ialah bentuk usaha yang kepemilikannya dikuasai sebagian besar oleh keluarga. Mencakup dua pertiga dari seluruh bisnis di dunia[i], bisnis keluarga merupakan salah satu entitas bisnis yang tak dapat diabaikan. Secara ekonomi, bisnis keluarga diestimasi memberikan kontribusi sebesar 70% hingga 90% terhadap PDB secara global[ii]. Merek-merek ternama dunia seperti Toyota, Lamborghini, H&M, dan Samsung, misalnya, merupakan bisnis-bisnis yang dimiliki oleh keluarga. Walaupun begitu, masih terdapat pandangan umum bahwa bisnis keluarga identik dengan rendahnya profesionalisme dan ketidakmauan untuk berinovasi. Apakah betul begitu?
Business Insight
- Pendahuluan
Indonesia dalam perspektif perdagangan daring merupakan negara dengan potensi bisnis yang menjanjikan. Data yang dirilis Bank Indonesia (2018), menunjukkan volume perdagangan daring bidang ritel di Indonesia pada tahun 2016 mampu mencapai nilai transaksi sebesar USD 5.780 juta. Kemudian volume tersebut diproyeksikan akan terus meningkat mencapai nilai transaksi sebesar USD 16.475 juta pada tahun 2022. Indikator menarik lainnya disampaikan oleh Hootsuite dan wearesocial.com (2018) yang melaporkan bahwa tingkat penetrasi perdagangan daring atau jumlah orang yang membeli suatu barang atau jasa melalui saluran daring di Indonesia per Januari 2018 sudah mencapai 40 persen dari total populasi. Kemudian oleh lembaga yang sama, dilaporkan juga rata-rata belanja daring konsumen Indonesia selama tahun 2017 adalah sebesar USD 251. Indikator-indikator tersebut menunjukkan bukti perkembangan positif untuk kegiatan belanja daring di Indonesia. Hal ini didukung juga dengan temuan survei APJII (2016) bahwa sebagian besar konsumen Indonesia (69,4 persen) menganggap transaksi yang dilakukan secara daring adalah aman. Temuan ini barangkali bisa dikaitkan dengan dua metode pembayaran yang paling banyak dipilih konsumen Indonesia yakni metode transfer bank melalui mesin ATM (36,7 persen) dan metode pembayaran tunai saat penyampaian atau cash on delivery (14,2 persen).
Pada masa sekarang ini, bisa dikatakan hampir semua barang dan jasa sudah ditawarkan secara daring. Survei APJII (2016) menunjukkan 4 kategori produk yang populer dibeli oleh konsumen Indonesia secara daring yakni: (1) tiket (25,7 persen), (2) kebutuhan rumah tangga (22,2 persen), (3) pakaian (3,6 persen), dan (4) hotel (3,2 persen). Situasi pasar Indonesia tersebut relatif tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan situasi pasar global. Hootsuite dan wearesocial.com (2018) sebagai terpapar pada Tabel 1, melaporkan 8 kategori produk terpopuler yang selama ini banyak dibeli secara daring di seluruh dunia yakni: (1) fesyen, (2) elektronik/media fisik, (3) mainan/hobby, (4) furnitur dan peralatan rumah, (5) perjalanan/akomodasi, (6) makanan/perawatan diri, (7) permainan video, (8) musik digital.
Tabel 1. Kategori Produk Terpopuler Pada Belanja Daring Dunia
Peringkat | Kategori Produk | Nilai Transaksi (USD) | Nilai Pertumbuhan |
1 | Fesyen | 408 Milyar | 18 % |
2 | elektronik/media fisik | 359,4 Milyar | 12 % |
3 | mainan/hobby/DIY | 341,5 Milyar | 17 % |
4 | furnitur/peralatan rumah | 225,5 Milyar | 16 % |
5 | paket perjalanan/akomodasi | 212,7 Milyar | 13 % |
6 | makanan/perawatan diri | 139,8 Milyar | 20 % |
7 | permainan video | 52,5 Milyar | 7 % |
8 | musik digital | 11,2 Milyar | 13 % |
Sumber: wearesocial.com (2018)
- Profil Pengguna Internet dan Konsumen Daring Indonesia
Menambahkan diskusi sebelumnya mengenai potensi pasar perdagangan daring di Indonesia. Sekarang ini, jumlah pengguna internet di Indonesia per Desember 2017, menunjukkan angka relatif cukup besar yakni 143,26 juta pengguna atau 53,7 persen dari total populasi (Internetworldstats.com, 2018; APJII, 2017). Jumlah tersebut merupakan jumlah nomer tiga terbesar di Asia setelah China dan India. Survei APJII (2017) melaporkan bahwa sebagian besar pengguna internet Indonesia memiliki rentang usia produktif yakni 19-34 tahun (49,52 persen). Mereka selama ini lebih banyak mengakses internet melalui telpon pintar (44,16 persen) dibandingkan menggunakan komputer meja ataupun portabel. Waktu rata-rata yang dihabiskan setiap harinya guna mengakses internet mencapai 1-3 jam per harinya (43,89 persen). Temuan ini berbeda jauh dengan survei Hootsuite dan wearesocial.com (2018) yang melaporkan waktu rata-rata akses internet per hari bahkan mencapai 8 jam 51 menit. Angka fantastik tersebut menduduki peringkat keempat dunia setelah Thailand, Philipina, dan Brazil.
Jumlah pengguna internet yang cukup besar dan jam akses internet yang cukup lama sebagaimana dijelaskan di atas ternyata belum didukung kualitas koneksi internet yang baik. Kecepatan rata-rata koneksi internet di Indonesia masih sebesar 13,8 mbps. Tingkat kecepatan tersebut jauh dibawah rata-rata kecepatan tingkat dunia yakni 40,7 mbps (Hootsuite dan wearesocial.com, 2018). Untuk konteks gawai bergerak, kecepatan koneksi internet juga masih lebih rendah lagi yakni hanya mencapai kecepatan 9,6 mbps dibandingkan dengan rata-rata kecepatan tingkat dunia yakni 21,3 mbps.
Temuan menarik selanjutnya dari survei APJII (2017) adalah bahwa hanya sekitar sepertiga pengguna yang menggunakan internet untuk membeli barang (32,19 persen), dan bahkan angka yang lebih kecil lagi untuk pengguna yang menjual barang (8,12 persen). Survei APJII sebelumnya pada tahun 2014 sudah melaporkan kendala-kendala utama mengapa orang Indonesia kebanyakan masih enggan berbelanja online sebagai berikut: (1) Mengganggap transaksi daring memerlukan proses pengiriman barang yang lama, (2) Ketakutan mengenai resiko barang yang dikirim tidak sesuai dengan penawaran, (3) Memilih minta bantuan orang dekat untuk bertransaksi daring, (4) Barang yang ditawarkan belum tentu sesuai dengan keinginan, (5) Tidak tahu cara berbelanja daring.
- Laman-Laman Perdagangan Daring Terpopuler
Pada masa awal-awal berkembangnya saluran distribusi daring melalui teknologi internet di sekitar tahun 1993-1994 (Strauss dan Frost, 2014), terdapat sebuah keyakinan bahwa struktur distribusi konvensional yang terdiri dari beberapa tingkatan perusahaan perantara, yakni mulai dari pedagang besar sampai dengan pengecer kemudian akan menjadi lebih sederhana atau ringkas. Karena produsen memiliki kesempatan luas untuk berhubungan langsung dengan konsumen akhir melalui saluran daring. Diskusi ini akan menjadi lebih menarik bilamana dikaitkan dengan fenomena yang saat ini terjadi di Indonesia. Apakah memang benar peran perantara pada konteks perdagangan daring menjadi tidak penting lagi?
Fakta yang terjadi dalam 5 tahun terakhir berdasarkan metrik laman yang dirilis oleh Alexa.com, justru menunjukkan peran perantara yang semakin menguat. Laman-laman yang dominan saat ini adalah laman-laman pusat perbelanjaan daring yang sering disebut sebagai papan pasar daring (e-markeplace) seperti misalnya tokopedia.com dan bukalapak.com. Kedua laman tersebut bahkan berada pada peringkat 10 besar laman terpopuler Indonesia sejak akhir tahun 2016. Laman papan pasar daring memfasilitasi transaksi perdagangan daring dalam konteks B2B (business to business), B2C (business to consumer), maupun C2C (consumer to consumer). Mereka berperan sebagai admin transaksi, perantara pembayaran, dan sekaligus sebagai wasit bilamana ada keluhan pembeli karena ada cacat produk, atau ketidaksesuaian antara informasi penawaran dan produk yang dikirim. Informasi peringkat laman-laman perdagangan daring di Indonesia dari tahun per tahun bisa dilihat pada Tabel 2. Sebagai catatan tambahan, laman-laman seperti olx.com (dulunya berniaga.com dan tokobagus.com) dan kaskus.co.id tidak diikutsertakan karena keduanya lebih berfungsi sebagai iklan baris (classified ads), yakni orang tidak bisa bertransaksi daring langsung di laman bersangkutan.
Temuan penting kedua adalah bahwa toko daring mandiri menjadi semakin tidak populer. Toko daring mandiri adalah toko daring dengan model bisnis konvensional yakni menjual produk hanya berdasarkan ketersediaan produk atau merek yang dimiliki sendiri. Toko daring mandiri yang terakhir masuk pada peringkat 50 besar di Indonesia pada semester satu tahun 2014 adalah bhinneka.com, yakni perusahaan yang menjual komputer, kamera digital, dan aksesori. Laman tersebut kemudian semakin menurun popularitasnya pada tahun-tahun berikutnya, kalah bersaing dengan papan pasar daring.
Tabel 2. Laman-Laman Perdagangan Daring Pada
Peringkat 50 Laman Terpopuler Indonesia Tahun 2014-2018
Peringkat 17/3/2014 | Peringkat 8/9/2014 | Peringkat 2/2/2015 | Peringkat 31/8/2015 | Peringkat 1/3/2016 | Peringkat 22/8/2016 | Peringkat 20/2/2017 | Peringkat 21/8/2017 | Peringkat 18/2/2018 |
Amazon | Lazada | Lazada | Lazada | Bukalapak | Tokopedia | Tokopedia | Tokopedia | Tokopedia |
Lazada | Tokopedia | Bukalapak | Bukalapak | Tokopedia | Bukalapak | Bukalapak | Bukalapak | Bukalapak |
Bhinneka | Bukalapak | Tokopedia | Tokopedia | Lazada | Elevenia | Lazada | Lazada | Lazada |
Amazon | Amazon | Elevenia | Elevenia | Lazada | Elevenia | Blibli | Blibli | |
Aliexpress | Blibli | Blibli | Belanja | Shopee | ||||
Matahari Mall |
Sumber: Alexa.com (2014-2018)
Mengapa papan pasar daring sepertitokopedia.com dan bukalapak.com menjadi sangat populer akhir-akhir ini dibandingkan toko daring mandiri? Paling tidak ada 3 alasan penting yang mendasari. Pertama, papan pasar daring lebih menawarkan banyak ragam kategori produk, ragam tipe produk, dan ragam merek dibandingkan toko daring mandiri yang kecenderungannya lebih sebagai sebuah toko spesialis. Sehingga kondisi keragaman dan kelengkapan barang tersebut meberikan nilai kemudahan one stop shopping bagi para pembeli. Pembeli juga dengan mudah melakukan proses pencarian barang dengan memanfaatkan fasilitas mesin pencarian yang dilengkapi dengan filter data komprehensif berbasis dinamika kebaruan, harga, kelarisan, dan ketertarikan.
Kedua, resiko transaksi pada papan pasar daring dipersepsikan lebih rendah, karena pihak admin papan pasar daring selaku pihak perantara independen memberikan jaminan sepenuhnya bahwa uang konsumen akan dikembalikan sepenuhnya (refund) tanpa syarat, bilamana ada klaim barang tidak sampai, barang cacat, atau barang tidak sesuai penawaran. Selain itu, admin papan pasar daring juga membagikan informasi rekam transaksi setiap penjual berdasarkan jumlah transaksi yang pernah dilakukan dan persentase kegagalan transaksi yang pernah terjadi. Dengan demikian setiap pembeli dengan mudah melakukan evaluasi terhadap bonafiditas penjual. Perkembangan terkini, admin papan pasar daring seperti misalnya Bukalapak juga mulai melakukan program verifikasi akun penjual dengan meminta bukti identitas kependudukan dan potret diri langsung. Sehingga pembeli akan merasa lebih aman bilamana melakukan transaksi pembelian pada akun penjual yang sudah terverifikasi.
Ketiga, admin papan pasar daring memberikan dasbor komprehensif kepada setiap pengguna (penjual atau pembeli) guna menjaminkemudahan penelusuran status transaksi, status pembayaran, dan status pengiriman secara waktu sebenarnya (real time). Pertukaran data elektronik dengan pihak perbankan dan pihak jasa logistik sudah berjalan dengan baik, sehingga data transaksi selalu diperbaharui dari waktu ke waktu sampai proses transaksi selesai dengan sempurna yakni barang sampai pada konsumen.
Sebagai catatan penutup, kedigdayaan papan pasar daring di Indonesia bukannya tanpa cacat. Pertama, terdapat fenomena disparitas harga yang cukup lebar untuk item produk yang sama persis dikarenakan keberadaan produk-produk grey market dan imitasi. Pada beberapa kasus terjadi disparitas harga dengan nilai Rp 1 juta lebih. Produk grey market bisa dijual lebih murah karena tidak memberikan layanan purna jual yang memadai. Produk imitasi juga bisa dijual lebih murah sesuai tingkat kualitas yang bisa diberikan dengan kode KW1, KW2 dan seterusnya. Kedua, admin papan pasar daring belum memiliki instrumen yang memadai untuk memastikan orisinalitas setiap produk yang dipajang. Belum ada template penjualan barang yang menerangkan sebuah produk itu orisinil atau sekedar imitasi. Tokopedia dan Bukalapak sudah mencoba mensiasati masalah ini dengan merilis halaman khusus toko resmi yang sudah diverifikasi memang menjual produk orisinil pabrikan. Ketiga, masih banyak toleransi dari admin papan pasar daring yang mengijinkan potret produk yang sebetulnya bukan merupakan gambar asli produk yang dijual. Banyak penjual yang sekedar mengambil gambar bebas dari google untuk kemudian dijadikan sebagai potret penawaran produk.
- Kesimpulan
Prospek perdagangan daring di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang semakin positif. Selain dibuktikan dari pertumbuhan nilai transaksi penjualan yang semakin membesar dari tahun ke tahun, belanja daring saat ini juga sudah mulai menjadi kultur baru yang semakin digemari masyarakat karena nilai kepraktisan dan keamanan transaksi. Transaksi belanja daring saat ini menjadi semakin mudah dan tanpa jeda (seamless) berkat kualitas layanan daring yang semakin baik didukung model bisnis kolaboratif antar mitra bisnis pendukung terutama dari sektor jasa keuangan dan jasa logistik. Peran perantara pemasaran yang tampak semakin menguat dan dominan melalui model bisnis papan pasar daring. Dalam hal ini, Tokopedia dan Bukalapak patut dibanggakan karena keduanya adalah perusahaan asli Indonesia yang mampu bertahan di peringkat 10 besar laman terpopuler Indonesia selama 3 tahun terakhir secara berturut-turut.
Referensi
Bank Indonesia (2018), Transformasi Perbankan Di Era Digital: Perspektif Bank Sentral, Paper dipresentasikan Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, 25 Juli, Jakarta.
Strauss, J. and R. Frost (2014), E-marketing, seventh edition, Upper Saddle River: Pearson Education Inc.
_________ (2014), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 17 Maret 2014.
_________ (2014), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 8 September 2014.
_________ (2015), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 2 Februari 2015.
_________ (2015), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 31 Agustus 2015.
_________ (2016), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 1 Maret 2016.
_________ (2016), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 22 Agustus 2016.
_________ (2017), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 20 Februari 2017.
_________ (2017), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 21 Agustus 2017.
_________ (2018), “Top Sites in Indonesia.” Tersedia pada: http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, diakses pada tanggal 18 Februari 2018.
Pada 2017, Vivo meluncurkan ponsel dengan sensor finger print dalam layar. Vivo adalah perusahaan yang pertama kali melakukan peluncuran teknologi ini. Pada smartphone umumnya, sensor fingerprint terletak pada tombol navigator yang berada di bawah layar, namun karena trend teknologi saat ini smartphone mulai menggunakan layar baseless atau layar full screen
tanpa membutuhkan tombol navigator, biasanya letak sensor finger print berada di punggung handphone. Dengan diluncurkannya teknologi terbaru dari vivo ini nantinya juga akan menjadi trend teknologi yang selanjutnya.
Dalam video ditunjukkan pengujian handphone dengan beberapa cara. Marques Brownlee (penguji dalam video) mencoba untuk menumpahkan beberapa snack ke atas 2 handphone yaitu Vivo dan iPhone 6 dan meninggalkan beberapa serpihan pada layar, kemudian saat ia mencoba untuk menggunakan sensor finger print pada layar Vivo ternyata sensor tersebut tidak bekerja karena adanya serpihan tadi yang menghalangi bekerjanya sensor pada layar. Namun saat ia mencoba untuk menggunakan finger print di iPhone 6 sensor tersebut tetap bekerja. Mungkin hal ini disebabkan sensor finger print iPhone 6 berada pada tombol navigator sehingga tingkat kesensitifannya berbeda dengan sesnsor Vivo. Kemudian Marques mencoba untuk melapisi layar Vivo dengan beberapa temper glass yang berbeda dan darai merek yang berbeda-beda pula, dan ternyata sensor finger print tetap bekerja dengan baik walaupun jenis-jenis temperglass dan tingkat ketebalannya berbeda. Hal yang mengejutkan adalah ketika Marques mencoba untuk menggores-gores temper glass dengan pisau untuk membuat tekstur tepat di lokasi di mana sensor tersebut ada, dan setelah ia menggores lalu ia mencoba menguji apakah sensor tetap bekerja dengan baik ketika layar tergores, ternyata sensor finger print tetap berjalan dengan baik meskipun ada tekstur pada layar. Begitu juga saat Marques mencoba untuk mengamplas temper glass tersebut dan memberi tekstur yang berbeda pada layar, ternyata sensor finger print tetap bekerja dengan baik. Hal ini merupakan nilai positif yang diberikan oleh Vivo karena sensor finger print yang ia luncurkan terbukti dapat bekerja dengan baik walau ada sedikit kekurangan.
Potensi perkembangan teknologi ini tentunya akan membuat perusahaan lain pesaing Vivo akan berlomba-lomba untuk turut serta membuat teknologi yang sama dengan kualitas yang lebih baik sehingga akan menimbulkan trend baru dalam dunia smartphone yaitu trend finger print in-glass.
Dengan begitu nantinya akan banyak bermunculan smartphone atau bahkan mungkin tablet atau laptop yang memiliki teknologi yang serupa, dan pastinya konsumen akan cenderung memilih teknologi terbaru seperti ini dibanding dengan teknologi-teknologi sebelumnya.
Pada Jumat, 4 Mei 2018 di Djarum Hall FEB UGM kemarin diadakan kuliah umum bersama seorang Direktur Eksekutif DPB2 di OJK, Bapak Ariastiadi. Beliau memimpin kuliah umum dengan judul Strategi Perbankan di Era Disrupsi: Transformasi atau Revolusi.
Dari pengamatan beliau saat ini sistem perbankan di Indonesia butuh untuk di-upgrade mengingat pesatnya kemajuan teknologi yang tidak dapat dihindari. Selain itu kini masyarakat juga sudahmulai beralih memilih sesuatu yang lebih praktis dalam segala hal, termasuk dalam hal keuangan. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menggunakan Fintech untuk melakukan pembayaran karena mereka menganggap fintech lebih praktis dan lebih cepat prosesnya. Jika bank tidak mengubah sistemnya dan masih menggunakan sistem lama yang kini dianggap cukup rumit, maka bank lama-kelamaan akan ditinggalkan oleh penggunanya.
Menurut data dalam OJK, saat ini telah ada 32 perusahaan fintech yang telah terdaftar secara resmi. Jika perbankan tidak segera melakukan perubahan, tidak kecil kemungkinan perbankan akan tergeser oleh fintech. Saat ini pemanfaatan fintech di berbagai negara rata-rata sebesar 33%. China menduduki negara terbesar pengguna fintech dengan tingkat penggunaan 69% yang disusul oleh India sebesar 52%, dan seluruh fintech itu telah dimanfaatkan untuk menjadi substitusi bank. Fintech memang sudah berhasil mengambil alih sebagian besar pasar retail dan konsumsi yang merupakan pasar terbesar dalam proses ekonomi.
Fintech banyak digunakan dalam aplikasi-aplikasi e-commerce seperti tokopedia, blibli.com, Shopee, dan lain sebagainya. Menurut Bapak Aria, jika fintech dan e-commerce digabungkan akan menghasilkan suatu kolaborasi teknologi yang luar biasa yang dapat mengubah pola kegiatan ekonomi yang tradisional menjadi modern. Selain itu fintech ini berpotensi sangat tinggi saat ini untuk mengalahkan perbanakan karena sasarannya adalah generasi milenial yang memang banyak menggunakan internet dan medsos yang bahkan diperkirakan sekitar 3 tahun kedepan sudah tidak membutuhkan bank karena mereka memanfaatkan fintech yang berkembang. Semenjak adanya fintech, margin keuntungan bank semakin menurun dan cost semakin meningkat karena tetap harus membayar fixed cost namun pendapatan yang masuk makin menurun. Pihak OJK telah memproyeksikan pada 2025 ROE perbankan akan berada pada 9,3% dan 5,2% jika nasabah mengadopsi fintech secara keseluruhan. Untuk tetap dapat bertahan, telah disusun beberapa strategi diantaranya:
- Bank harus memiliki kemampuan menata, mengintegrasikan, membangun, dan mengatur ulang potensi internal dan eksternal dalam menghadapi perubahan ekosistem
- Esensinya bank harus mampu melakukan inovasi, adaptasi, menyempurnakan dan menciptakan perubahan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mengkondisikan pesaing pada posisi yang tidak menguntungkan
- 3 cluster dynamic capabilities: “sensing-seizing-transforming” yang merupakan aspek esensial kelangsungan usaha bank dalam memenuhi kebutuhan konsumen, mengendalikan pesaing, dan menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi
- Fleksibilitas organisasi merupakan kunci mencapai dynamic capabilities, yaitu kemampuan organisasi untuk mengelola ketidakpastian (risiko) dan melakukan adaptasi ke arah stratejik namun tetap konsisten pada bisnis inti sehingga mampu menjaga kesinambungan value bank dan mencapai keunggulan kompetitif
Mahasiswa identik dengan perjuangan untuk bisa lulus dengan biaya hidup yang pas-pasan. Banyak juga di antara mereka berotak cerdas, tetapi berasal dari daerah dan dengan keadaan ekonomi yang minim. Sehingga tak jarang konsentrasinya pecah menjadi dua antara kuliah dan memenuhi biaya kuliah. Hasil survei dari Higher Education Leadership and Management (HELM) terhadap 2.000 mahasiswa dari 71 perguruan tinggi mendapati sumber pendapatan mayoritas mahasiswa dari orang tua (88,16%) dan beasiswa (4,60 %). Ternyata, kiriman dari orang tua pun belum tentu murni berasal dari orang tua. Berdasarkan hasil survei tersebut, tak jarang orang tua juga meminjam kepada saudara (32%), bank (28%), dan Pegadaian (13%). Kondisi ini tentu berpengaruh pada mahasiswa dalam hal mendapatkan pendidikan yang layak. Berangkat dari persoalan itulah Edward Widjanarko bersama Leslie Lim mendirikan Cicil.co.id, sebuah aplikasi yang memungkinkan para mahasiswa untuk membeli berbagai barang di platform mereka, dan membayarnya dengan metode cicilan tanpa harus mempunyai kartu kredit.
“Kami lihat akses untuk pembiayaan pendidikan di Indonesia masih sangat terbatas. Dari situlah hadirnya aplikasi ini,” ungkap Edward, CEO Cicil.co.id. Menurut Edward, sebelum mendirikan platform ini mereka melakukan riset pasar terlebih dahulu. Lalu menghadirkan aplikasi Cicil.co.id ini pada pertengahan September 2016.
“Sebelumnya kami banyak interview mahasiswa. Nah, dari hasil wawancara itu, ternyata masih banyak kebutuhan yang memang diperlukan oleh mahasiswa untuk mendukung kegiatan belajar mereka salah satunya alat
komputer. Karena kalau pinjam ke Bank, pertama pasti banyak persyaratannya. Paling tidak mereka pasti ditanya soal gaji, mereka pasti belum punya kalau ditanya soal itu. Kehadiran kami disini paling tidak dapat memberikan solusi bagi mahasiswa dalam mendapatkan pembiayaan pendidikan,” jelas Edward.
Menurut Edward, untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dari Cicil, mahasiswa dapatmengajukan uang muka dan jangka waktu cicilan mulai dari 12 bulan hingga 24 bulan. Bahkan bisa lebih lama lagi untuk dapat menyesuaikan besaran cicilan dengan budget masing-masing.
“Karena kami bekerja dengan teknologi dan data. Biasanya kami juga memiliki data berupa hasil survei tentang produk apa yang dibutuhkan mahasiswa dalam setiap semester, serta menganalisasnya berdasarkan data diri mahasiswa tersebut. Jadi cukup ketat dan data yang kami miliki itu karena sebagai pondasi utama bagi kami untuk memastikan fasilitas yang diajukan oleh mahasiswa nantinya sesuai kebutuhan mereka,” ungkapnya.
Untuk menggunakan Cicil, mahasiswa hanya perlu mengisi formulir yang mereka sediakan di platform mereka. Setelah itu, Cicil akan memeriksa profil pendaftar apakah layak untuk diberi cicilan atau tidak. Jika disetujui, Cicil akan langsung membelikan barang yang diinginkan. Edward mengatakan bahwa yang membedakan Cicil dengan penyedia layanan peminjaman lainnya, selain memberi kredit produktif, sekaligus bisa mencegah pinjaman dari penyalahgunaan.
“Jadi harus ada persetujuan dari pihak kami, karena kami juga tidak mau bantuan yang diberikan ini disalahgunakan oleh calon peminjam dan menyimpang dari kebutuhan kuliah,” ujar Edward.
Sebelum mendirikan Cicil, Edward pernah bekerja di e-commerce perlengkapan bayi Bilna, serta AJ Capital Advisory. Berdasarkan pengalaman itu maka ia memiliki misi bagi Cicil.
“Misi kami untuk memberikan akses pembiayaan, juga meningkatkan financial literacy di kalangan kampus,” ucapnya. Menurut Edward, salah satunya dengan melakukan edukasi mulai dari personal budgeting dan product financial. Mereka juga menggandeng beberapa pengajar dari
universitas ternama untuk mengadakan workshop khusus bagi kalangan mahasiswa. Langkah ini diyakni dapat menanggulangi penyalahgunaan dana tersebut.
“Memang kami ini kan sifatnya sosial dan membantu, tetapi bagi para peminjam juga tidak boleh main-main dengan kepercayaan yang telah kami berikan,” imbuhnya.
Tips dari Edward dalam membangun start-up:
1. Jangan terlalu terorientasi untuk membuat produk yang sempurna sehingga memakan waktu yang lama. Lebih baik cepat launch, dan temukan kekurangan produk melalui feedback konsumen.
2. Banyaklah berbicara, karena dengan semakin banyak berbicara kepada orang-orang, feedback yang diterima akan semakin banyak.
3. Regulasi pemerintah dapat menjadi peluang bisnis, contoh : ketika Ridwan Kamil mengeluarkan peraturan harus ada tempat sampah di mobil, maka Jalan Pasteur (salah satu jalan utama di bandung) dipenuhi dengan penjual tempat sampah untuk di mobil.
4. Perubahan prilaku konsumen sangat cepat. Maka sebaiknya kita mengikuti tren, bukan membuat tren.
5. Ikuti perkembangan teknologi yang terbaru.
Langkah Edward dalam mengembangkan Cicil
1. Menemukan masalah. Edward dan Leslie menemukan bahwa banyak mahasiswa yang terkendala secara finansial untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya. Sementara itu, untuk meminjam di bank mahasiswa dihadapkan dengan prosedur yang rumit dan lama serta bunga yang diterapkan juga cukup besar.
2. Mencari Ide. Edward dan Leslie menemukan solusi dari masalah diatas yaitu dengan kekuatan big data dan AI, hal-hal teknis dapat terautomisasi dan memangkas biaya banyak. Sehingga, cicil dapat menawarkan jasa pinjaman dengan mudah,cepat,dan murah.
3. Membuat MVP. Edward dan Leslie membuat minimum viable product dengan menggunakan business canvas dan MAP
4. Mengembangkan Platform.
5. Customer Feedback. Menganalisa apakah MVP sudah sukses atau tidak melalui data yang masuk (Google Analysis). Jika masih belum sukses, mereka mengidentifikasi penyebabnya melalui end user questioner atau ambassador(dengan menanyakan langsung kepada customer)
6.Scale Up. Salah satu cara mereka mengembangkan cicil adalah dengan mencari orang yang tepat di tempat yang tepat. Karena sebelumnya mereka mengerjakan semuanya berdua, maka mereka mencari leader untuk masing-masing bagian/divisi dan memberi mereka kebebasan untuk membentuk timnya. Cara ini akan membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
7. Keep on track. Untuk menjaga kinerja mereka berada tetap pada jalurnya dan beroreintasi kepada objective yang telah ditetapkan, cicil menggunakan OKR (Objective Key Result).
2) Expert Panel Discussion : “Building IoT Startups in Indonesia’s Strategic Sectors” Telkomtelstra adalah perusahaan joint venture yang didirikan oleh dua perusahaan telekomunikasi raksasa yakni Telkom dari Indonesia dan Telstra dari Australia. Mereka berdiri sejak tahun 2014 dan fokus pada layanan solusi network application services (NAS). Mereka menargetkan pasar perbankan dan finansial sebagai pasar utama. Dengan kata lain, Telkomtelstra menyasar segmen korporasi atau business-to-business (B2B). Namun kebanyakan korporasi mitra Telkomtelstra adalah business-to-customer (B2C). Sehingga secara tidak langsung mereka menyasar B2B2C. Internet of Things (IoT) ke depan akan menjadi hal besar, terutama di Indonesia yang memiliki wilayah negara yang luas. Sementara di berbagai negara lain, IoT ini sudah tumbuh pesat. Banyak hal yang bisa dibuat dengan IoT ini. Namun, Telkomtelstra saat ini belum langsung turun ke bisnis ini sebab mereka hanya menyediakan layanan pendukungnya
saja.
Bagi Telkomtelstra, ada dua hal yang memperkuat mereka untuk menjadi pendukung IoT. Pertama, dari sisi Telstra. Telstra merupakan operator telekomunikasi besar di Australia yang erpengalaman dengan IoT dan memiliki banyak proyek yang sudah berjalan. Kedua, dari sisi Telkom. Telkom saat ini memiliki jaringan data center melalui anak usahanya, TelkomSigma. TelkomSigma sendiri merupakan penyedia layanan data center terbaik di Tanah Air. IoT sendiri memerlukan akses ke cloud dan aplikasi (software as a service/SaaS), di situlah ranah di mana Telkomtelstra bisa mendukung layanan IoT.